Jumat, 10 Februari 2012

pemasaran ikan tenggiri dan ikan parang-parang

Ikan tenggiri Super : Rp 50.000/kg
Ikan Parang-parang : Rp 45.000/kg

hubungi via E-mail sanusijambi@yahoo.com or via HP : 085357167678







ikan tenggiri

A. Sebaran IkanTenggiri
Luas laut yang dimiliki, Indonesia baru bisa memanfaatkan sebagian kecilnya saja. Laut bagaikan sebuah kotak harta karun yang terkunci rapat. Ilmu pengetahuan adalah kunci untuk membuka harta karun itu. Bagi masyarakat Indonesia,khususnya pelaku utama danpelaku usaha pengetahuan tentang komoditas-komoditas perikanan laut penting untuk diketahui. Pengetahuan itu akan menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi dan motivasi kuat untuk memanfaatkan. Salah satu komoditas perikanan laut yang perlu diketahui dan banyak dimanfaatkan potensinya adalah ikan tenggiri.Nama umum bagi sekelompok ikan yang tergolong ke dalam marga Scomberomorus, suku Scombridae. Ikan ini merupakan kerabat dekat tuna, tongkol, madidihang, makerel dan kembung. Tenggiri merupakan jenis ikan ekonomis penting.Klasifikasi ikan tenggiri dapat dilihat pada bagan dibawah.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Scomberomorus
Setelah mempelajari materi ini, pelaku utama dan pelaku usaha memahami dan dapat menjelaskan klasifikasi ikan tenggiri dan daerah penyebaran tenggiri 2 Ikan tenggiri mempunyai morfologi tubuh yang cukup unik. Di bagian samping tubuhnya terdapat garis lateral yang memanjang dari insang hingga akhir sirip dorsal
kedua, sedangkan pada punggungnya terdapat warna biru kehijauan. Garis pada bagian samping menjadi ciri khas ikan tenggiri yang berbeda dengan ikan sejenis. Secara umum, warna ikan tenggiri adalah perak keabu-abuan. Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) adalah ikan laut yang termasuk dalam famili scombridae. Ikan tenggiri dikenal pula dengan nama spanish mackerel, namun nama tersebut berbeda-beda di setiap
daerah. Orang India menyebutnya ikan anjai, di Filipina lebih dikenal dengan nama ikan dilis, dan di Thailand akrab dengan istilah ikan Thuinsi. Ukuran ikan tenggiri dapat mencapai panjang 240 cm dengan berat 70 kg. Usia dewasa tercapai setelah 2 tahun atau ketika memiliki panjang tubuh 81-82 cm. Ikan tenggiri betina ukurannya lebih besar dan usianya lebih panjang dibanding jantan. Ikan tenggiri betina dapat hidup selama 11 tahun Di beberapa negara, ikan tenggiri menjadi komoditas perikanan laut yang paling utama
karena memiliki nilai komersial tinggi. Ikan tenggiri mempunyai morfologi tubuh yang cukup unik. Di bagian samping tubuhnya terdapat garis lateral yang memanjang dari insang hingga akhir sirip dorsal kedua,
sedangkan pada punggungnya terdapat warna biru kehijauan. Garis pada bagian samping menjadi ciri khas ikan tenggiri yang berbeda dengan ikan sejenis. Ikan tenggiri tergolong ke dalam ikan laut yang menyukai daerah laut dangkal. Bagian-bagian yang terdapat batu karang (reef) merupakan habitat yang cocok bagi ikan tenggiri. Perairan yang memiliki salinitas (salinity) rendah dan kekeruhan (turbidity) tinggi disukai pula olehnya. Ikan tenggiri dapat menetap pada suatu habitat dan terkadang bermigrasi ke tempat yang
cukup jauh. Pola migrasi ikan tenggiri sangat khas, karena bergantung kepada temperatur air laut dan musim bertelur (spawning season). Jatuhnya musim bertelur ini bervariasi di
setiap habitat yang ditinggali
Ikan tenggiri memiliki sifat rakus (voracious) ketika makan dan mencari makan seorang
diri (solitary). Jenis makanannya adalah ikan-ikan kecil karena ikan tenggiri tergolong ke
dalam hewan karnivora. Ikan kecil jenis anchovy (semacam ikan haring) merupakan salah
satu makanan utama bagi ikan tenggiri, khususnya ikan tenggiri muda. Selain itu, ikan
tenggiri juga memakan beberapa jenis cumi-cumi (squid) dan udang.
B.Daerah Penyebaran
Ikan tenggiri merupakan jenis ikan yang tergolong ekonomis penting dan menjadi
salah satu ikan yang digemari di dunia. Penyebaran spesies ini mencakup seluruh wilayah
Pasifik Barat dari Afrika Utara dan laut merah sampai ke perairan Indonesia,Australia, Fiji
ke utara sampai ke perairan china dan Jepang.Potensi penyebaran ikan tenggiri di
Indoneia hampir di seluruh perairan Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara,Kalimantan
Sulawesi,Maluku dan Irian. Iklim yang paling cocok untuk ikan tenggiri adalah iklim tropis.
Perairan laut yang dimiliki Indonesia merupakan surga bagi ikan tenggiri. Selain di
Indonesia, ikan tenggiri dapat ditemukan pula di bagian utara Cina dan Jepang, bagian
3
tenggara Australia, bahkan Laut Merah. Kedalaman laut yang cocok bagi tenggiri adalah
sekitar 10-70 m dari permukaan laut.
Penyebaran ikan tenggiri dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daerah penyebaran ikan tenggiri
Perairan Daerah Penyebaran Darah tangkapan utama
Sumatera Seluruh perairan Aceh bag utara,timur,
Sumatra utara, sekitar
bengkalis,
*Perairan Bangka–
Belitung
*Perairan barat Sumatra
Utaran,Sumatra barat
barat,Bengkulu dan
lampung
Jawa dan Nusa
Tenggara
Seluruh perairan Seluruh perairan pantai
jawa dan Madura,Selatan
Jawa Tengah,Bali.utara
Bali, Utara Lombok dsn
Sumbawa serta Utara
Flores
Kalimantan dan
Sulawesi
Seluruk Perairan *Hampir semua perairan
pantai Barat danSelatan
Kalimantan.
*Perairan teluk Palu
Sulawesi selatan dan
Sebagian perairan
Sulawesi utara
Maluku dan Irian
Jaya
Seluruh Perairan
Sebagian pantai barat
Halmahera,Perairan selatan
pulau Seram
Semua perairan pantai Irian
Barat dengan sekitar daerah
kepala burung
Sumber . Nurjanah 2011:
Di beberapa negara, ikan tenggiri menjadi komoditas perikanan laut yang paling
utama karena memiliki nilai komersial tinggi
Ikan tenggiri dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan komersial dan rekreasional. Dalam situs
web Food and Agriculture Organization (FAO), jumlah penangkapan ikan tenggiri terbesar
di dunia pernah tercatat di Indonesia, diikuti Filipina, Sri Langka, Yaman, dan Pakistan.
4
Ikan tenggiri biasanya dipasarkan dalam keadaan segar atau beku. Sejumlah negara maju
lebih menyukai ikan tenggiri yang dipasarkan dalam bentuk potongan tipis (fillet) atau
tanpa tulang (boneless). Beberapa negara telah mengolah ikan tenggiri untuk dikemas
dalam kaleng (canned) seperti ikan sarden. Ikan tenggiri mengandung gizi yang cukup
tinggi. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi dengan mengonsumsi ikan ini. Filipina
dan Jepang merupakan negara yang penduduknya paling banyak mengonsumsi ikan.
Indonesia dengan segenap potensi sumber daya maritim yang dimiliki seharusnya
mengikuti langkah serupa.
Untuk keperluan kuliner, ikan tenggiri dapat dimasak dengan berbagai cara tergantung
selera. Ikan tenggiri pun dapat diolah menjadi bentuk makanan lain, tidak selalu dimakan
dalam bentuk ikan utuh. Cara pemasakan seperti memanggang (broiling), menggoreng
(frying), membakar (baking), dan pengasapan merupakan metode umum yang digunakan
untuk mengolah ikan tenggiri. Penangkapan ikan tenggiri di Indonesia sebagian besar
dilakukan secara sederhana dan tradisional (artisanal). Artinya, ikan tenggiri menjadi
komoditas andalan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Populasi ikan
tenggiri yang tinggi di Indonesia berpeluang memperbaiki kesejahteraan para
nelayan.Perdagangan ikan laut dipicu oleh permintaan (demand) yang tinggi dari
Hongkong, Singapura, Taiwan, dan Cina. Negara-negara tersebut memberikan harga
mahal untuk ikan yang memiliki kesegaran (freshness), rasa (flavour), dan gizi (healthpromoting)
yang baik. Khususnya untuk ikan tenggiri.
KEMETERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi perikanan tahun ini 12,26 juta ton atau meningkat 27 persen dibandingkan kinerja produksi 2010. Produksi perikanan itu terdiri atas perikanan tangkap 5,41 juta ton dan perikanan budidaya 6,85 juta ton. KKP mengalokasikan anggaran sebesar Rp 300 miliar di sektor perikanan budidaya diharapkan menjadi garda utama penopang produksi perikanan.
Ada beberapa langkah yang akan dilakukan pemerintah untuk mencapai target produksi perikanan pada 2011. KKP akan melanjutkan kampanye Gemar Makan Ikan (Gemarikan) yang akan difokuskan di Pulau Jawa. KKP menargetkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia tahun ini meningkat menjadi 31,64 kilogram perkapita atau meningkat dibandingkan tahun lalu sekitar 30,47 kilogram perkapita.
Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki perairan yang sangat luas, dimana 75 persen dari luas negara Indonesia berupa perairan laut dengan panjang pantai mencapai 95.000 Km, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5.800.000 Km2. Dengan demikian jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka luas perairan Indonesia merupakan terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Upaya memanfaatkan sumber daya perikanan Nusantara secara optimal ternyata masih menghadapi berbagai kendala, seperti masalah anggaran, teknologi penangkapan, budidaya (teknologi dan keterampilan), teknologi pengolahan, serta penyediaan armada kapal penangkapan ikan. Keterbatasan sarana dan prasarana penangkapan, khususnya kemampuan armada penangkapan ikan sehingga wilayah operasional penangkapan ikan terbatas sekitar pantai.
Untuk budidaya perikanan laut dengan menggunakan keramba jaring apung banyak ditemui di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku dan Lampung.
Pengembangan budidaya ikan kerapu (Groupe/Trout) dengan karamba jaring apung (Kajapung) menjadi alternatif untuk mengatasi kendala peningkatan produksi perikanan laut. Yang paling penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya lebih mahal hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan segar.
Sayangnya, budidaya ikan kerapu yang menggunakan keramba jaring apung dapat merusak ekosistem laut.  Namun, budidaya yang tidak efisien juga tetap bisa merusak ekosistem terumbu karang. Direktur Eksekutif LSM Mitra Bentala Herza Yulianto  mengatakan, kerapu biasanya dibudidayakan di keramba apung di laut lepas yang kadang berada di wilayah yang terumbu karangnya masih bagus. Dengan demikian, kondisi lingkungan keramba secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem terumbu karang.
Herza mengungkapkan, potensi kerusakan berasal dari material sisa budidaya. “Untuk kerapu, dampak limbahnya bisa lebih kritis karena langsung kontak dengan lingkungannya,” ungkap Herza.
Menurut Herza, kerusakan masif terumbu karang memang belum terjadi saat ini, tetapi perlu diantisipasi. Ia menekankan penggunaan pakan yang efisien dan pemantauan dasar perairan untuk mendeteksi adanya akumulasi limbah. Herza bersama timnya juga pernah mengembangkan rumpon untuk mengatasi masalah tersebut. “Harapannya nanti sisa pakan bisa dimakan oleh ikan-ikan yang terkumpul di situ, tidak langsung ke dasar,” urainya.
Herza menambahkan, untuk mengantisipasi dampak lingkungan akibat budidaya, perlu diupayakan peraturan tentang zonasi dan perizinan. “Soal lingkungan misalnya, zonasi budidaya juga harus melihat wilayah-wilayah tertentu yang dilindungi, misalnya karena adanya terumbu karang, padang lamun, atau lokasi pemijahan ikan,” jelasnya.
Masih kata Herza, selain kerapu yang terkena masalah dari pembuangan tambak udang, mangrove alias bakau juga terkena akibatnya. Ia  menduga terjadinya alih fungsi mangrove di sekitar pantai Lampung. Banyak tambak rakyat yang membabat habis bakau ataupun mencemari tanaman tersebut dengan limbah tambak.
“Tambak ini hadir menjadi salah satu penyebab berkurangnya kawasan mangrove . Jadi kita bilangnya alih fungsi mangrove menjadi pertambakan. Kalau bicara soal pencemaran ada dampak dari perubahan fungsi mangrove itu sendiri. Pertama secara ekologis fungsi mangrove itu menurun, dia sebagai filtrasi, sebagai penahan ombak. Di satu sisi  dengan berkembangnya pertambakan yang tidak terkendali memang ada persoalan bagaimana soal limbah-limbah tambak itu sendiri tidak terkelola dengan baik, khususnya tambak-tambak skala menegah,” terangnya.

Mengelola Budidaya Ikan Laut Harus Ramah Lingkungan
LAMPUNG adalah salah satu daerah di Indonesia yang mengembangkan banyak program budidaya. Mulai dari kuda laut, teripang, ikan badut, pohon bakau, rumput laut, udang windu, serta yang paling terkenal ikan kerapu dan udang vaname. Budidaya sektor perikanan dipilih karena Lampung punya garis pantai terpanjang di Indonesia, yaitu lebih 1000 kilometer, dengan hampir 70 pulau kecil di sekitarnya.
Sebelumnya, nelayan menangkap ikan kerapu menggunakan bom sehingga dapat merusak ekosistem laut. Sejak diperkenalkan budidaya ikan kerapu pada tahun 1999, nelayan mulai mengembangkan dengan menggunakan kerambah jaring apung.
Tambak udang seringkali dipersalahkan dalam pencemaran lingkungan, terutama pencemaran pada budidaya  bakau dan ikan kerapu.  Keluhan utama adalah sistem pembuangan air kotor atau limbah dari tambak udang.
Tak semua petambak udang sembarangan membuang limbah bekas pakan. Salah satu petambak udang vaname, Maryanto, punya cara jitu mengurangi pencemaran lingkungan. Sudah delapan bulan ini ikan bandeng membantu pengolahan air bersih untuk udang vanamenya.
“Ada yang bilang satu-satu. Maksudnya, satu untuk budidaya bandeng untuk kita mafaatkan airnya itu. Yang satu untuk budidaya udangnya sendiri. Jadi kita air ngambil dari udangnya itu. Kalau air dari muara kita, dari muara masuk ke kolam tendon pertama. Di situ sudah ada bandeng, ada juga yang pakai  ikan nila kan. Kolam kedua masih di bandeng. Abis kolam kedua, masuk lagi ke udang, kolam budidaya,” ujarnya.
Ikan bandeng mempunyai lendir yang dapat menyaring kotoran dan sejumlah zat yang ada dalam air. Sekitar 3 sampai 5 hari air berada di kolam bandeng sebelum masuk ke tambak udang. Begitu pula nantinya dalam pembuangan air bekas kolam udang. Air bekas terlebih dulu masuk dalam tendon bandeng, baru kemudian dialirkan kembali ke laut.
Maryanto memilih metode kolam bandeng dan pakan organik karena udang vaname-nya sempat terkena penyakit. Hal ini membuat Maryanto gagal panen. Walau harga pakan organik buatan pabrik bisa dua kali lipat dari pakan sebelumnya, tapi pakan ini mengurangi pencemaran air yang ada di dalam dan di luar tambak.
Kondisi ekosistem laut saat ini tidak seperti pada era tahun tahun 1970. Dahulu nelayan dalam mencari ikan tidak terlalu sulit menangkap dalam jumlah besar. Namun dengan kondisi sekarang, ekosistem laut saat ini  sangat memprihatinkan. Hal itu disebabkan karena banyaknya eksploitasi besar-besaran terhadap ekosistem laut. Hal tersebut sangat dirasakan oleh para nelayan di Indonesia dalam mencari ikan.
Kondisi perikanan dan ekosistem laut yang semakin parah terlihat dari hasil data penelitian Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP tentang habitat terumbu karang yang saat ini 31 persen diantaranya rusak. Padahal terumbu karang adalah tempat ikan berkembang biak. Dengan indikasi tersebut artinya keberadaan ikan terancam punah.
Menurut Ketua Program Marine WWF, Wawan Ridwan  cara tangkap yang kurang terkontrol karena kurang ramah lingkungan juga menjadi penyebab ekosistem laut berkurang. Permintaan makanan laut yang terus bertambah dalam kebutuhan industri juga mengakibatkan ekosistem laut semakin pincang. Karena kebutuhan yang semakin meningkat dengan mensuplai dari laut membuat hewan stok di laut semakin berkurang jumlahnya. Ada ketidakseimbangan dalam kebutuhan yang disuplai dengan stok yang ada dilaut.
Mencegah kerusakan semakin bertambah, pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan nasional 17 juta ton pada tahun 2014. Pemerintah menggenjot hasil perikanan budidaya di beberapa daerah sekitar 35 persen. Peningkatan budidaya itu dilakukan untuk menghindari kerusakan ekosistem laut. Cara tersebut dianggap strategi jitu dan ampuh saat ini untuk menghindari kerusakan ekosistem laut.
Dengan menigkatkan hasil tangkapan ikan melalui budidaya perikanan, diharapkan produksi ikan dilaut bertambah dan rotasi perbaikan terumbu karang dapat pulih walaupun proses pembentukannya sangat lama.
Kendati demikian, pemerintah dari KKP menghimbau agar masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam merawat ekosistem kelautan di wilayah tanah air Indonesia. Dengan begitu kita masih bisa menyelamatkan ekosistem laut dan meningkatkan produksi ikan baik itu hasil budidaya ataupun kelautan.

budidaya ikan tenggiri

Potensi Perikanan dan Kelautan
Secara administratif Kabupaten Bangka Barat terbagi dalam 5 kecamatan dan 53 Desa, dimana 23 dari desa tersebut terletak di wilayah pesisir.
1. Potensi Perikanan
a. Usaha Penangkapan
  • Perairan laut Kabupaten Bangka Barat mengandung sumber daya ikan yang sangat beragam dan bernilai ekonomis tinggi seperti : Udang, Kepiting, Rajungan, Kakap, Cumi-cumi, Kerapu, Bawal, Tenggiri dan lain-lain.
  • Dengan memperhatikan keragaman jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai nilai ekspor serta SDM nelayan yang cukup terampil, maka peluang pengembangan penangkapan ikan perairan lepas pantai cukup besar seperti diperairan Selat Bangka.
  • Tingkat produksi perikanan laut mencapai 7.071,17 ton hasil tangkapan setiap tahunnya dan masih dapat ditingkatkan lagi apabila kelompok masyarakat nelayan pesisir dibina, baik dari aspek peningkatan teknologi penangkapan maupun dukungan permodalan.
No
Kecamatan
Perikanan Tangkap (Ton)
Perikanan Budidaya (Ton)
Total
1
Muntok 2.145,80 23,053 2.168,853
2
Jebus 2.327,10 18,702 2.645,802
3
Kelapa 253,74 13,807 267,547
4
Simpangteritip 2.059,73 14,611 2.047,341
5
Tempilang 284,80 12,806 297,606

Jumlah 7.071,17 82,979 7.154,149

Udang windu (Penaeus monodon)
Ikan tenggiri (Scomberomorus comersonii)
 
Ikan kakap merah (Lutjanus erythropterus)

b. Usaha Budidaya
Posisi untuk budidaya air payau Kabupaten Bangka Barat seluas 22.825 ha yang masih belum dimanfaatkan secara intensif dan optimal karena belum adanya bantuan teknologi dan permodalan.
Potensi untuk budidaya perikanan air tawar Kabupaten Bangka Barat seluas 579 ha, sedangkan potensi untuk budidaya air laut Kabupaten Bangka Barat seluas 17.064 ha.
2. Potensi Kelautan
Beberapa jasa perikanan dan kelautan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bangka Barat antara lain : Industri Pengolahan Hasil Perikanan, Industri Wisata Bahari dan Pelabuhan Perikanan.
DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA
- Pelabuhan Ferry
- Pasar ikan (5 unit)
- Tambat Labuh
- Armada Penangkapan ikan (1.324 unit)