KEMETERIAN
Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi perikanan tahun ini
12,26 juta ton atau meningkat 27 persen dibandingkan kinerja produksi
2010. Produksi perikanan itu terdiri atas perikanan tangkap 5,41 juta
ton dan perikanan budidaya 6,85 juta ton. KKP mengalokasikan anggaran
sebesar Rp 300 miliar di sektor perikanan budidaya diharapkan menjadi
garda utama penopang produksi perikanan.
Ada beberapa langkah yang akan
dilakukan pemerintah untuk mencapai target produksi perikanan pada 2011.
KKP akan melanjutkan kampanye Gemar Makan Ikan (Gemarikan) yang akan
difokuskan di Pulau Jawa. KKP menargetkan konsumsi ikan masyarakat
Indonesia tahun ini meningkat menjadi 31,64 kilogram perkapita atau
meningkat dibandingkan tahun lalu sekitar 30,47 kilogram perkapita.
Sebagai negara maritim, Indonesia
memiliki perairan yang sangat luas, dimana 75 persen dari luas negara
Indonesia berupa perairan laut dengan panjang pantai mencapai 95.000 Km,
dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5.800.000 Km2. Dengan demikian
jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka luas perairan
Indonesia merupakan terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Upaya memanfaatkan sumber daya
perikanan Nusantara secara optimal ternyata masih menghadapi berbagai
kendala, seperti masalah anggaran, teknologi penangkapan, budidaya
(teknologi dan keterampilan), teknologi pengolahan, serta penyediaan
armada kapal penangkapan ikan. Keterbatasan sarana dan prasarana
penangkapan, khususnya kemampuan armada penangkapan ikan sehingga
wilayah operasional penangkapan ikan terbatas sekitar pantai.
Untuk budidaya perikanan laut dengan
menggunakan keramba jaring apung banyak ditemui di daerah Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku dan Lampung.
Pengembangan budidaya ikan kerapu (Groupe/Trout)
dengan karamba jaring apung (Kajapung) menjadi alternatif untuk
mengatasi kendala peningkatan produksi perikanan laut. Yang paling
penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi
dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu
dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan
dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya
lebih mahal hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan segar.
Sayangnya, budidaya ikan kerapu yang
menggunakan keramba jaring apung dapat merusak ekosistem laut. Namun,
budidaya yang tidak efisien juga tetap bisa merusak ekosistem terumbu
karang. Direktur Eksekutif LSM Mitra Bentala Herza Yulianto mengatakan,
kerapu biasanya dibudidayakan di keramba apung di laut lepas yang
kadang berada di wilayah yang terumbu karangnya masih bagus. Dengan
demikian, kondisi lingkungan keramba secara langsung berpengaruh
terhadap ekosistem terumbu karang.
Herza mengungkapkan, potensi kerusakan
berasal dari material sisa budidaya. “Untuk kerapu, dampak limbahnya
bisa lebih kritis karena langsung kontak dengan lingkungannya,” ungkap
Herza.
Menurut Herza, kerusakan masif terumbu
karang memang belum terjadi saat ini, tetapi perlu diantisipasi. Ia
menekankan penggunaan pakan yang efisien dan pemantauan dasar perairan
untuk mendeteksi adanya akumulasi limbah. Herza bersama timnya juga
pernah mengembangkan rumpon untuk mengatasi masalah tersebut.
“Harapannya nanti sisa pakan bisa dimakan oleh ikan-ikan yang terkumpul
di situ, tidak langsung ke dasar,” urainya.
Herza menambahkan, untuk mengantisipasi
dampak lingkungan akibat budidaya, perlu diupayakan peraturan tentang
zonasi dan perizinan. “Soal lingkungan misalnya, zonasi budidaya juga
harus melihat wilayah-wilayah tertentu yang dilindungi, misalnya karena
adanya terumbu karang, padang lamun, atau lokasi pemijahan ikan,”
jelasnya.
Masih kata Herza, selain kerapu yang
terkena masalah dari pembuangan tambak udang, mangrove alias bakau juga
terkena akibatnya. Ia menduga terjadinya alih fungsi mangrove di
sekitar pantai Lampung. Banyak tambak rakyat yang membabat habis bakau
ataupun mencemari tanaman tersebut dengan limbah tambak.
“Tambak ini hadir menjadi salah satu
penyebab berkurangnya kawasan mangrove . Jadi kita bilangnya alih fungsi
mangrove menjadi pertambakan. Kalau bicara soal pencemaran ada dampak
dari perubahan fungsi mangrove itu sendiri. Pertama secara ekologis
fungsi mangrove itu menurun, dia sebagai filtrasi, sebagai penahan
ombak. Di satu sisi dengan berkembangnya pertambakan yang tidak
terkendali memang ada persoalan bagaimana soal limbah-limbah tambak itu
sendiri tidak terkelola dengan baik, khususnya tambak-tambak skala
menegah,” terangnya.
Mengelola Budidaya Ikan Laut Harus Ramah Lingkungan
LAMPUNG
adalah salah satu daerah di Indonesia yang mengembangkan banyak program
budidaya. Mulai dari kuda laut, teripang, ikan badut, pohon bakau,
rumput laut, udang windu, serta yang paling terkenal ikan kerapu dan
udang vaname. Budidaya sektor perikanan dipilih karena Lampung punya
garis pantai terpanjang di Indonesia, yaitu lebih 1000 kilometer, dengan
hampir 70 pulau kecil di sekitarnya.
Sebelumnya,
nelayan menangkap ikan kerapu menggunakan bom sehingga dapat merusak
ekosistem laut. Sejak diperkenalkan budidaya ikan kerapu pada tahun
1999, nelayan mulai mengembangkan dengan menggunakan kerambah jaring
apung.
Tambak
udang seringkali dipersalahkan dalam pencemaran lingkungan, terutama
pencemaran pada budidaya bakau dan ikan kerapu. Keluhan utama adalah
sistem pembuangan air kotor atau limbah dari tambak udang.
Tak semua petambak udang sembarangan
membuang limbah bekas pakan. Salah satu petambak udang vaname, Maryanto,
punya cara jitu mengurangi pencemaran lingkungan. Sudah delapan bulan
ini ikan bandeng membantu pengolahan air bersih untuk udang vanamenya.
“Ada yang bilang satu-satu. Maksudnya,
satu untuk budidaya bandeng untuk kita mafaatkan airnya itu. Yang satu
untuk budidaya udangnya sendiri. Jadi kita air ngambil dari udangnya
itu. Kalau air dari muara kita, dari muara masuk ke kolam tendon
pertama. Di situ sudah ada bandeng, ada juga yang pakai ikan nila kan.
Kolam kedua masih di bandeng. Abis kolam kedua, masuk lagi ke udang,
kolam budidaya,” ujarnya.
Ikan bandeng mempunyai lendir yang
dapat menyaring kotoran dan sejumlah zat yang ada dalam air. Sekitar 3
sampai 5 hari air berada di kolam bandeng sebelum masuk ke tambak udang.
Begitu pula nantinya dalam pembuangan air bekas kolam udang. Air bekas
terlebih dulu masuk dalam tendon bandeng, baru kemudian dialirkan
kembali ke laut.
Maryanto memilih metode kolam bandeng
dan pakan organik karena udang vaname-nya sempat terkena penyakit. Hal
ini membuat Maryanto gagal panen. Walau harga pakan organik buatan
pabrik bisa dua kali lipat dari pakan sebelumnya, tapi pakan ini
mengurangi pencemaran air yang ada di dalam dan di luar tambak.
Kondisi ekosistem laut saat ini tidak
seperti pada era tahun tahun 1970. Dahulu nelayan dalam mencari ikan
tidak terlalu sulit menangkap dalam jumlah besar. Namun dengan kondisi
sekarang, ekosistem laut saat ini sangat memprihatinkan. Hal itu
disebabkan karena banyaknya eksploitasi besar-besaran terhadap ekosistem
laut. Hal tersebut sangat dirasakan oleh para nelayan di Indonesia
dalam mencari ikan.
Kondisi perikanan dan ekosistem laut
yang semakin parah terlihat dari hasil data penelitian Kementerian
Kelautan dan Perikanan KKP tentang habitat terumbu karang yang saat ini
31 persen diantaranya rusak. Padahal terumbu karang adalah tempat ikan
berkembang biak. Dengan indikasi tersebut artinya keberadaan ikan
terancam punah.
Menurut Ketua Program Marine WWF, Wawan
Ridwan cara tangkap yang kurang terkontrol karena kurang ramah
lingkungan juga menjadi penyebab ekosistem laut berkurang. Permintaan
makanan laut yang terus bertambah dalam kebutuhan industri juga
mengakibatkan ekosistem laut semakin pincang. Karena kebutuhan yang
semakin meningkat dengan mensuplai dari laut membuat hewan stok di laut
semakin berkurang jumlahnya. Ada ketidakseimbangan dalam kebutuhan yang
disuplai dengan stok yang ada dilaut.
Mencegah kerusakan semakin bertambah,
pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan nasional 17 juta ton
pada tahun 2014. Pemerintah menggenjot hasil perikanan budidaya di
beberapa daerah sekitar 35 persen. Peningkatan budidaya itu dilakukan
untuk menghindari kerusakan ekosistem laut. Cara tersebut dianggap
strategi jitu dan ampuh saat ini untuk menghindari kerusakan ekosistem
laut.
Dengan menigkatkan hasil tangkapan ikan
melalui budidaya perikanan, diharapkan produksi ikan dilaut bertambah
dan rotasi perbaikan terumbu karang dapat pulih walaupun proses
pembentukannya sangat lama.
Kendati demikian, pemerintah dari KKP
menghimbau agar masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam merawat
ekosistem kelautan di wilayah tanah air Indonesia. Dengan begitu kita
masih bisa menyelamatkan ekosistem laut dan meningkatkan produksi ikan
baik itu hasil budidaya ataupun kelautan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar